Sabtu, 06 Desember 2014

Perjalanan hidup, Tujuan, Intuisi dan Tuhan

Hidup itu seperti berjalan. Setiap orang bisa menentukan jalan dan tujuan mereka sendiri. Ada yg berbelok ke arah taman bunga yg luas, mendengarkan merdunya gemericik air di pinggir sungai, atau mendaki gunung yg tinggi lagi terjal. Untuk yang ketiga, mungkin medannya cukup beresiko, namun
semuanya akan terbayar saat tiba di puncak.
Di sepanjang perjalanan, akan ada banyak hal yg mau tidak mau harus dijumpai. Kita tidak bisa memilih apa yang akan kita temukan, tapi kita bisa memilih untuk mengambilnya atau tidak. 
Hanya semudah itu ? Mungkin pada awalnya, iya.
Namun, tak akan ada perjalanan yang mudah bagi orang-orang yang punya tujuan besar. Pasti akan selalu ada ujian.
Sadarkah kalian, jika awalnya tujuan manusia adalah mulia. Kita dikirim Sang Pencipta ke bumi ini untuk menjadi khalifah. Untuk menjaga bumi dan menjalin ukhuwah antar sesama. Jika semua sudah terpenuhi dengan baik, sesuai dengan janji-Nya, kita akan dikrim ke surga, tujuan dan pemberhentian terakhir (manusia-manusia mulia) untuk mendapat imbalan atas segala yang dilakukannya di bumi. Sepertinya, cukup menyenangkan sekali bila hanya dibayangkan.
Perlu dipahami, bahwa setiap tujuan atau pilihan pasti punya resikonya masing. Tugas kita adalah, mencari cara bagaimana menghadapinya bukan menghindarinya.
Ujian diberikan agar kita bisa bertumbuh, dan menjadi lebih canggih dan cukup brilian untuk menghadapi ujian-ujian selanjutnya. Jika tidak dihadapi, sebanyak apa pun kita melangkah, kita hanya akan seperti berjalan atau berlari di tempat saja. Hanya buang-buang waktu.
Sedangkan orang-orang yang sukses selalu menghargai waktunya barang sedetik. Jadi, sudah tahu kan, apa yg harus dilakukan ? (segera bergerak, dan hadapi setiap ujian)
Selain ujian, akan ada teguran saat kita salah melangkah. Tak banyak orang yang sadar bahwa dirinya telah ditegur. Akibatnya akan sangat fatal. Kenapa ? Karena jika dibiarkan, kita akan terus tersesat.
Lalu, bagaimana agar kita bisa kembali ke arah yang benar ?
Ibarat kita sedang ada di jalan raya yang besar, cukup dengan melihat rambu-rambu di jalan, kita akan tahu ke mana harus melangkah kembali. Simpel.
Tapi, jika kita tersesat di perkampungan yang tidak memasang rambu-rambu di setiap jalannya ? -- Mungkin bertanya adalah solusi yang bisa dilakukan. Ini juga cukup mudah sepertinya.
Namun, jika kita tersesatnya di hutan ? Nah loh..
Kalo terang bulan atau kita bawa alat penerangan sih, nggak masalah. Ya... Walaupun nggak ada jaminan juga senter bisa bawa kita keluar dari hutan. Apalagi kalo hutannya ternyata adalah sarang binatang buas. Belum kena makan juga kita bisa mati berdiri cuma gara-gara ngeliat binatangnya. Hehe.
Kalo sudah begitu, apa yang mesti kita lakukan cobak?
Kebanyakan orang mungkin akan bergantung pada intuisinya untuk mencari jalan keluar, masalahnya tidak semua orang memiliki intuisi yang kuat. Bukannya keluar dari hutan, bisa-bisa kita akan semakin tersesat ke dalam hutan. Jadi, kesimpulannya kita harus sering-sering berlatih untuk menguatkan intiusi (sebelum masuk ke hutan).
Saya pernah membaca sebuah tulisan, di situ tertulis salah satu cara meningkatkan intuisi adalah dengan mendekatkan diri pada Sang Maha Pencipta dan Penguasa alam. Ya, Dia adalah Allah yang berkuasa atas alam dan seisinya.
Mendekat pada Sang Pencipta bisa dilakukan dengan sering-berkomunikasi dengan-Nya, seperti beribadah dan selalu mengingat-Nya di setiap waktu.
Cukup masuk akal, karena Allah Maha Tahu atas segala hal yang ada di langit dan di bumi. Maka akan dengan sangat mudah Dia menuntun kita untuk kembali ke arah yang benar sesuai tujuan kita yang sesungguhnya. (itu juga kalau kita ,mau)
Bagaimana ? Sudah siap menempuh perjalanan panjang ? 
Kalau sudah sampai pada tujuan, jangan pernah lupa untuk bersyukur.
SemangHard !!!
SEMOGA BERMANFAAT :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar